googledd0973f9307bb074.html BUKU BUKAN KUBU: Januari 2009

Selasa, 27 Januari 2009

Dian Rakyat, si Tua yang Masih Bercahaya





(kantor penerbit Dian Rakyat)

By Sahala Napitupulu.

Dian berarti pelita yang membawa cahaya terang. Itulah maksud kehadiran penerbit ini sejak awalnya. Memberi cahaya kepada rakyat Indonesia melalui bacaan dalam bentuk buku-buku bermutu. Sekarang umurnya sudah termasuk tua. Ia bersaing dengan penerbit-penerbit muda yang lebih agresif dalam merebut pasar. Mereka bahkan memiliki tim penulis kreatif. Namun, ia masih punya tempat istimewa dalam hati dunia perbukuan di Indonesia. Itulah penerbit Dian Rakyat.

Bermula di tahun 1943. Indonesia kala itu dibawah pendudukan tentara Jepang. Majalah Pujangga Baru yang telah terbit sejak Juli 1933 dilarang oleh Jepang. Pujangga Baru adalah majalah bulanan yang mengusung sejumlah pemikiran sastrawan, budayawan dan kaum intelektual Indonesia. Sebutlah seperti Arminj Pane, Amir Hamzah, Sutan Takdir Alisjahbana (STA) dan lain-lain. Kiblat pemikiran mereka adalah Barat dan nama STA berada dibarisan terdepan.

Dengan alasan ke Barat-baratan itu, Jepang lalu membekukan majalah Pujangga Baru. Tapi, STA tak menyerah. Sebagai gantinya, dia mendirikan penerbit dan percetakan Pustaka Rakyat. Disini terbit karya tulis STA, terutama tentang bahasa Indonesia. Diantaranya Tata Bahasa Baru Indonesia I dan II, Sejarah Bahasa Indonesia dan Dari Perjuangan dan Pertumbuhan Bahasa Indonesia. Sesudah kemerdekaan, ditahun 1962, Pustaka Rakyat berganti nama menjadi Dian Rakyat, dan nama itu bertahan hingga sekarang ini.

“ Masa itu, DR memang lebih dikenal sebagai penerbit buku-buku karya sastra. Karya-karya puisi Amir Hamzah, Chairil Anwar dan Arminj Pane termasuk yang pernah diterbitkan oleh DR, “ ujar Diana Susyanti, manager penerbitan DR. Namun, sejak era 1980-an, dia tidak hanya menerbitkan buku-buku sastra. Untuk bisa bertahan hidup, bersaing dengan penerbit-penerbit muda dan merebut pasar, katanya, mereka kemudian lebih memilih menerbitkan buku-buku Referensi Populer.

“ Yang kami maksud referensi populer bisa berupa buku refrensi dan bisa buku populer. Yang kami anggap sebagai referensi seperti buku kamus bahasa, kedokteran, hukum, agama, komputer dan lain-lain. Sedangkan buku-buku tentang hobbi, kuliner dan kerajinan bisa dimasukkan sebagai buku-buku populer, “ Diana menjelaskan. Dia telah bekerja lebih dari 10 tahun untuk penerbit ini. Kini, katanya, perusahaan membidik sasaran sebagai penerbit buku bacaan keluarga. Family’s Best Friend Publisher atau Penerbit Sahabat Keluarga Terbaik, itulah moto yang diusung DR sekarang.

Belum Bisa Online

Dahulu, DR sebetulnya telah tercitrakan sebagai penerbit buku-buku seri budaya dan sastra bermutu. Tak heran karena DR dipimpin langsung oleh STA, seorang budayawan, sastrawan dan akademisi. Namun dalam perkembangannya, setelah dipimpin oleh Mario, salah seorang putranya, citra itu telah bergeser. DR kini merebut perhatian kaum pelajar dan mahasiswa melalui buku-buku referensi. Buku-buku tentang Komputer terbitan DR amat diminati, terutama bagi para penggila komputer. Selebihnya adalah buku-buku kamus dan kedokteran.

Meski demikian, buku-buku DR sifatnya tidak membanjiri pasar. Buku terbitan DR tidak banyak bila dibandingkan dengan penerbit seperti Gramedia, Erlangga dan lain-lain. “ Konsep pemasaran kami memang bukan untuk membanjiri pasar seperti mereka. Untuk menjaga safety cash flow kami lebih memilih buku yang sifatnya longterm. Tidak apa-apa sedikit. Tapi buku yang sedikit itu hidupnya panjang dan bisa menguntungkan, “ urai Diana.

Sebagai penerbit DR memang punya sejarah tersendiri dan istimewa di negeri ini. Tak diragukan. Tapi kini, ia berada dalam persaingan bisnis, kompetisi dan promosi yang berapi-api. Beberapa penerbit kini sudah memiliki website sendiri. Sehingga buku-buku mereka, termasuk edisi terbaru, dapat diinformasikan kepada masyarakat melalui website tersebut. Bahkan masyarakat sekarang bisa membeli buku dengan sistem online. Tak kalah, Dian Rakyat juga memiliki website yang dapat dikunjungi di : http://www.dianrakyat.co.id/. Namun, sayang ketika Tapian mengunjungi situs tersebut, ternyata isinya tak pernah di up date. Itu-itu mlulu…! Capek deh..


*Tulisan ini juga dipublikasikan di majalah TAPIAN, edisi Februari 2009.