googledd0973f9307bb074.html BUKU BUKAN KUBU: Erlangga : Dari Rumah ke Dunia Maya

Selasa, 23 Desember 2008

Erlangga : Dari Rumah ke Dunia Maya




Membicarakan dunia buku, maka Indonesia adalah sebuah negeri penuh ironi. Pemerintah punya mimpi untuk mencerdaskan anak bangsa. Tapi, buku di Indonesia termasuk barang mahal. Di beberapa daerah, terutama sekolah-sekolah di pedesaan, buku pelajaran masih sering sulit di dapat. Dan itu masih terjadi hingga hari ini. Sebuah jurang kebodohan tercipta akibat dari kelangkaan buku. Karena itu, kehadiran penerbit semacam Erlangga menjadi sangat berarti. Mempersempit jurang kebodohan, tercitrakan dalam perjalanan penerbit ini.

Erlangga, penerbit yang banyak menaruh perhatian pada buku pelajaran sekolah. Perhatian itu sudah muncul sejak awal mulai berdirinya. Waktu itu tahun 1952. Adalah seorang guru berdarah Batak yang punya penciuman tajam. Maroelam Hutauruk namanya. Ia adalah seorang kepala sekolah SMA Negeri 1 di Semarang. Ia melihat banyak murid tidak bisa belajar dengan baik karena minimnya buku. Apalagi, buku pelajaran dalam bahasa Indonesia, yang waktu itu sangat sulit diperoleh. Untuk mengatasi kelangkaan buku tersebut, Maroelam kemudian mengajak kawan-kawannya sesama guru untuk menulis. Menulis buku pelajaran sekolah, tentunya. Tujuannya, untuk menggantikan buku-buku pelajaran berbahasa Belanda. Maka, di sebuah rumah di Semarang, mereka berhasil menulis beberapa buku. Antara lain buku pelajaran Ilmu Alam, karya Widagdo, Ilmu Kimia, karya Ir.Polling dan Ragam Bahasa Indonesia, karya Maroelam Hutauruk sendiri. Buku-buku itu semua diterbitkan dengan memakai nama Penerbit Erlangga.

Tapi, sebelum bermukim di Semarang, Maroelam lebih dulu telah mengarang buku Pelajaran Sejarah yang diterbitkan oleh Kedaulatan Rakyat, Yogya. Sebagai seorang guru dan ahli sejarah, rupanya ia sangat terkesan dengan sejarah hidup raja Erlangga. Sehingga, nama itulah kemudian dia jadikan sebagai nama penerbitan bukunya.

Pada mulanya, penerbit Erlangga bergerak dibidang pengadaan buku sekolah. Tapi, dalam perkembangannya, Erlangga kemudian merambah ke buku-buku umum. Menurut Dharma Hutauruk, dari divisi Marketing & Communication Erlangga, buku-buku terbitannya sekarang merambah juga ke buku kesehatan, makanan, kecantikan, mode,. Novel, hingga biografi. Sedangkan buku-buku bacaan untuk kebutuhan anak-anak, mereka terbitkan dibawah bendera Erlangga for Kids.

Melirik di dunia Maya

Lebih dari sepuluh tahun lalu, Erlangga membangun jaringan pemasarannya dengan memanfaatkan berbagai distributor buku. Bahkan, untuk menjangkau daerah-daerah di kabupaten, Erlangga mendirikan cabang-cabang dan perwakilan. Itulah salah satu strategi pemasaran yang dikembangkan Erlangga hingga hari ini. Erlangga kini memiliki perwakilanh di beberapa ibukota kabupaten, antara lain Tarutung, Dolok Sanggul, barus, Sorong (Papua), Tumohon (Sulawesi Utara) dan lain-lain. Tujuannya agar siswa, guru, mahasiswa dan masyarakat mudah memperoleh buku-buku Erlangga.

“ Dapat Anda bayangkan bagaimana siswa SMA di desa terpencil seperti Adiankoting di Tapanuli Utara akan belajar apabila perwakilan Erlangga tidak ada di Tarutung ? “ tanya Dharma Hutauruk seperti menepuk dada, bangga. “ Orangtua atau guru terpaksa harus membeli buku ke Medan atau minimal ke pajak Horas di Pematang Siantar. Demikian pula masyarakat Alas di kota Cane garus berangkat ke Medan seandainya Erlangga tidak ada di kota Cane. “ Menurut dia, Erlangga telah banyak membantu pemerintah dalam upaya mencerdaskan anak bangsa.

Erlangga juga membentuk unit Direct Selling atau sistem penjualan langsung. Melalui sistem ini, agen freelance dapat menjual buku-buku terbitan Erlangga ke kantor-kantor maupun ke perumahan. “ Mereka tentu akan mendapat imbalan komisi yang lebih besar dibanding dengan menjadi Anggota Club Erlanggta. Para Agen ini akan diberikan pelatihan sehingga mereka mandiri dan mendapat penghasilan yang lumayan, “ papar Dharma.

Untuk memudahkan masyarakat memperoleh buku-buku Erlangga, dibentuk pula komunitas pembaca dengan nama Erlangga Book Club. Keuntungan menjadi anggota club ini, pembeli akan memperoleh potongan harga sebesar 15 persen. Erlangga juga punya outlet atau toko buku sendiri, Eureka Book House, di bilangan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Dan sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, bagi masyarakat yang ingin melirik buku-buku terbaru Erlangga pun dapat mengunjunginya di dunia maya : http://www.erlangga.co.id/.

(sahala napitupulu)

* Tulisan ini juga dipublikasikan di majalah budaya TAPIAN, edisi Januari 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar